Kamis, 09 Desember 2010

Manfaat Lidah Buaya

Sejarah dan Asal Usul Tanaman Lidah Buaya

 

Lidah Buaya atau Aloe vera (Latin: Aloe barbadensis Milleer) merupakan tanaman berduri yang berasal dari daerah kering di benua Afrika. Tamanan Lidah Buaya ini telah dikenal dan digunakan sejak ribuan tahun yang lalu karena khasiat dan manfaatnya yang luar biasa.

Catatan sejarah yang ada menyebutkan bahwa Bangsa Mesir kuno telah mengetahui
manfaat lidah buayamanfaat lidah buaya yang begitu luar biasa, bangsa Mesir kuno menyebut tanaman lidah buaya sebagai tanaman keabadian. sebagai tanaman kesehatan sejak tahun 1500 SM. Karena
Tidak hanya itu, seorang tabib dari zaman Yunani kuno yang bernama Dioscordes, menyebutkan jika salah satu manfaat lidah buaya yakni memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam jenis penyakit. Misalnya radang tenggorokan, bisul, rambut rontok, wasir, dan kulit memar, pecah-pecah serta lecet.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Kandungan Lidah Buaya

 

Menurut data yang ada, tanaman Lidah Buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri.

Tanaman Lidah Buaya memiliki beragam jenis. Setidaknya ada sekitar 200 jenis Tanaman Lidah Buaya yang telah diketahui. Dari ke 200 jenis tersebut yang paling bagus digunakan untuk pengobatan adalah jenis Aloevera Barbadensis Miller. Jenis ini setidaknya mengandung 72 jenis zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Dari 72 zat tersebut terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Antara lain antibiotik, antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan, antipembengkakan, antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap antibiotik.

 

 

Senin, 06 Desember 2010

Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.

Media

Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair.  Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air.Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya.Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya.  Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.

Metode

Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

SAPI LAUT STELLER

sapi laut Steller (Hydrodamalis gigas) adalah seorang besar herbivora mamalia laut .Pada zaman sejarah, itu adalah anggota terbesar dari order Sirenia , yang mencakup relatif terdekat hidup nya, dugong (Dugong dugon), dan manate (Trichechus spp.). Dahulu berlimpah sepanjang Pasifik Utara, jangkauan terbatas pada suatu terisolasi, populasi tunggal pada berpenghuni Kepulauan Komandan dengan 1741 ketika pertama kali dijelaskan oleh Georg Wilhelm Steller , naturalis kepala pada sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh penjelajah Vitus Bering . Dalam 27 tahun penemuan oleh Eropa, bergerak lambat dan mudah ditangkap Sapi laut Steller diburu ke kepunahan.
Deskripsi
Sapi laut tumbuh paling sedikit 8 meter (26 kaki) untuk 9 meter atau 30 kaki panjang, yang jauh lebih besar daripada manatee atau dugong . Steller kerja mengandung dua bobot bertentangan: 4 dan 24,3 ton. Nilai sebenarnya mungkin terletak di antara angka-angka ini, sekitar 8-10 ton.  Hal ini tampak agak seperti besar segel , tetapi forelimbs kokoh dua paus seperti ekor-.Menurut Steller, "binatang tidak pernah keluar di pantai, tetapi selalu tinggal di air. Kulitnya hitam dan tebal, seperti kulit tua ek ..., kepalanya sebanding dengan tubuh kecil ..., ia tidak memiliki gigi, tetapi hanya dua tulang putih rata-satu di atas, yang lain di bawah ".  Ini benar-benar jinak, menurut Steller. Mereka diberi berbagai rumput laut .  Di mana pun sapi laut telah makan, tumpukan tangkai dan akar rumput laut yang terdampar.  Sapi laut juga merupakan perenang lamban dan tampaknya tidak dapat menenggelamkan. 

Populasi dan Kepunahan

Populasi sapi laut kecil dan terbatas dalam jangkauan ketika Steller pertama menggambarkan mereka. Steller mengatakan bahwa mereka banyak dan ditemukan pada peternakan, tapi zoologi Leonhard Hess Stejneger kemudian memperkirakan bahwa penemuan telah terjadi kurang dari 1.500 yang tersisa, dan dengan demikian telah berada di bahaya kepunahan dari overhunting oleh manusia.  Mereka cepat dihapuskan oleh pelaut, pemburu anjing laut, dan pedagang bulu yang mengikuti Bering rute 'masa lalu pulau-pulau untuk Alaska , yang memburu mereka baik untuk makanan dan untuk kulit mereka, yang digunakan untuk membuat perahu. T Mereka juga diburu untuk lemak subkutan berharga mereka, yang tidak hanya digunakan untuk makanan (biasanya sebagai mentega pengganti), tetapi juga untuk lampu minyak karena tidak mengeluarkan asap atau bau apapun dan bisa disimpan untuk waktu yang lama dalam keadaan hangat cuaca tanpa merusak.  Dengan 1768, 27 tahun setelah itu telah ditemukan oleh orang Eropa, sapi laut Steller telah punah.
Grinding plates.
Fosil menunjukkan bahwa sapi laut Steller sebelumnya luas di sepanjang pantai Pasifik Utara, mencapai selatan ke Jepang dan California. Mengingat kecepatan dengan penduduknya terakhir telah dieliminasi, kemungkinan bahwa berburu asli disebabkan kepunahan yang selama sisa rentang aslinya (penduduk asli tampaknya tidak pernah mendiami Kepulauan Komandan).
Telah berpendapat bahwa sapi laut penurunan mungkin juga menjadi respon langsung terhadap panen berang-berang laut oleh orang-orang asli dari daerah pedalaman. Dengan berang-berang berkurang, populasi landak laut akan meningkat dan mengurangi ketersediaan rumput laut ,'s Laut sapi Steller sumber utama dari makanan.Dengan demikian, perburuan aborigin kedua spesies mungkin telah berkontribusi untuk laut sapi menghilangnya dari garis pantai benua.  Namun, dalam bersejarah kali berburu asli telah habis berang-berang populasi laut hanya di daerah lokal.  Sapi laut akan mangsa mudah untuk pemburu asli, yang mungkin akan dibasmi populasi diakses dengan atau tanpa berburu berang-berang simultan.Dalam hal apapun, sapi laut terbatas pada wilayah pesisir dari pulau-pulau tanpa populasi manusia pada saat Bering tiba, dan sudah hampir punah.